Kamis, 21 Februari 2008

Because He Said So


Di dalam persekutuan pasangan suami istri ( pasutri ) di gereja saya, ada salah satu program namanya Because He Said So. Acara ini seperti acara talk show , dimana semua anggota pasutri dapat bertanya seputar hubungan suami istri, sex, pekerjaan, masalah anak, masalah doktrinal atau masalah lainnya.
Nanti semua pertanyaan ini akan dijawab oleh seorang hamba Tuhan, sehingga kita bisa memperoleh jawaban atas pertanyaan kita ini dari sisi kekritenan.
Sayangnya , belum banyak anggota pasutri yang menggunakan wadah ini sebagai wadah tanya jawab yang aktif. Padahal , banyak sekali diantara keluarga kristen yang memiliki masalah seputar hubungan suami istri, anak, mertua dll.
Bagi anda, yang telah menikah , anda dapat mengirimkan pertanyaan seputar keluarga anda ke bhss.pasutri@gmail.com , nanti pertanyaan anda akan dijawab oleh hamba Tuhan dan jangan kuatir akan identitas anda, karena identitas anda akan dirahasiakan.

Salam Pasutri- A Friend Of Your Family

Kondisi Perusahaan Periklanan di Indonesia

Perusahaan periklanan di Indonesia kini kian menyedihkan.
Dimana hasil karya kreasi dan imajinasi orang-orang periklanan, sudah tidak ada harganya lagi.
Bekerja tidak mengenal waktu, demi mengejar tenggat waktu / deadline dr klien hingga larut malam , bahkan pagi hari.
Memikirkan ide-ide kreatif demi kesuksesan produk klien.
Tapi apakah hasilnya sesuai dengan pengorbanan yg diberikan unt klien?
Kayaknya masih perlu waktu lama untuk menyadarkannya.

Persaingan antar perusahaan periklanan sendiri yg membuat industri periklanan semakin terasa berat. Tidak adanya standard harga dr setiap perusahaan periklanan. Banyaknya freelancer2 yang masih bekerja di sebuah perusahaan tp juga merangkap menjadi freelancer. Menjadikan persaingan di industri periklanan semakin berat.

Dulu .... ! pendapatan terbesar dr industri periklanan berasal dr jasa pemasangan iklan di media elektronik dan cetak, tapi sekarang apa yang terjadi?
Para produsen di media elektronik dapat langsung menjual produknya ke klien tanpa melalui agency, pengusaha media cetak juga memiliki tim marketing sendiri , guna mencari klien. Para pengusaha radio juga demikian.
Hal ini menggambarkan, seperti sebuah pabrik/produsen yg melakukan penjualan langsung ke konsumen , tanpa melalui distributor.
Lalu, salah siapakah ini? Mengapa tidak ada aturan baku dari pemerintah yg mengatur industri periklanan ini? Misalnya , produsen media cetak dan elektronik tidak boleh menjual produknya langsung ke klien. Klien mereka adalah agency dan media-media specialis. Sehingga industri ini dapat hidup kembali.

Persaingan di media spesialis juga tidak kalah edannya. Ada yang berani memberikan agency fee sebesar -1%. Gila khan? Mana ada sih perusahaan yang tidak mau untung. 0% aja ud ngga untung , apalagi -1%? Beruntung saya masih memiliki klien yg dapat mengerti kondisi periklanan yg semrawut ini.

PPPI sebagai satu-satunya asosiasi perusahaan periklanan di Indonesia juga seperti tidak memiliki kekuatan. Pengaturan pitching fee , undang-undang periklanan juga tidak dapat ditegakkan dengan baik. Karena masing2 perusahaan periklanan mau tidak mau mereka berusaha untuk menghidupi perusahaanya dengan cara apapun juga.

Andaikan ada sebuah badan yang mengatur industri periklanan supaya lebih tertib dan terarah. Kayaknya ini adalah sebuah mimpi. Saya dulu tidak percaya dengan buku yang berjudul " The Fall of Advertising - The Rise of PR " ( Kalo ngga salah judul ya :))
Tapi kayaknya buku itu mungkin ada benarnya. Mungkin sebentar lagi sdh tidak ada lagi namanya Advertising Agency. Yang ada adalah perusahaan PR.
Ooppss , sungguh menyedihkan. Tapi saya percaya industri ini akan tetap bertahan. Dengan semakin banyaknya klien , maka kita harus terus berjuang agar dapat tetap hidup.

Salam "Iklan"
Dari seseorang yang sdh terlajur sayang dengan periklanan.